Kamis, 25 April 2013

Review ASUS X201E

 
ASUS X201E

Kelebihan:
+ Desain yang dimiliki menyerupai Ultrabook.
+ Bodi alumunium membuatnya tidak terasa panas saat digunakan.

Kekurangan:
- Daya tahan baterai yang dimilikinya masih terasa kurang.

Jakarta, CHIP.co.id - Melihat ukurannya, ASUS X201E tidak bisa dikatakan sebagai sebuah notebook kelas mainstream. Sekilas tampilan notebook ini memang mirip seperti Ultrabook yang khas dengan bentuk yang tipis dan ringan. Desainnya pun menyerupai Ultrabook ASUS seri UX31 dan UX21 yang dibalut dengan bodi alumunium berlapis warna metalik. Bagian bawah yang didesain dengan permukaan yang rata juga membuatnya tidak jauh berbeda dengan Ultrabook pada umumnya.

Di balik semua itu, ASUS X201E merupakan notebook kelas entry yang ditenagai oleh prosesor Intel ULV Celeron 847 dengan clock 1,1 GHz. Selain prosesor tersebut, notebook ini juga tersedia de­ngan prosesor Intel ULV Pentium dan Intel Core i3. Tidak hanya prosesor kelas entry, ukuran LCD yang digunakan juga tergolong kecil, yaitu 11,6 inci dengan resolusi maksimal 1366 x 768. Meski begitu, ASUS X201E dilengkapi dengan touchpad serta keyboard chiclet sehingga membuat Anda tetap nyaman saat menggunakannya dalam waktu lama.

Untuk media penyimpanan, ASUS X201E menyediakan hard disk sebesar 320 GB/500 GB. Hard disk yang disertakan datang dengan sebuah OS terbaru buatan Microsoft, yaitu Windows 8. De­ngan hadirnya Windows 8 pada paket penjualannya, Anda dapat memakainya langsung tanpa harus menginstall OS terlebih dahulu. Meski kecil, notebook ini menghadirkan interface yang cukup lengkap untuk keperluan multimedia. Mulai dari dua buah USB 2.0, HDMI, RJ-45, satu buah jack combo, audio-out/mic-in, card reader, dan tidak ketinggalan satu buah port USB 3.0.

Hadir dengan berat yang cukup ringan, yaitu 1,29 kg beserta adaptor yang mungil, membuatnya cocok untuk Anda yang memiliki mobilitas tinggi. Namun bagi para profesional, notebook ini kurang cocok karena hanya menggunakan on-die graphics Intel HD. Karena tidak menggunakan discrete graphics, pemrosesan gambar 3D tentu saja terasa kurang optimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar