Rabu, 05 Juni 2013

Di SMPN 1, Ambil Ijasah Bayar Rp 500.000

FOTO: ANSHORI/RADAR SORONG AKAN DIREHAB. Satu lokasi gedung yang sudah tua yang akan segera di rehab oleh SMPN 1 Sorong untuk di bangun lokasi yang baru dan bertingkat.
SORONG “ Salah satu orang tua siswa SMPN 1 Selasa pagi kemarin (4/6) sekitar pukul 07.00 WIT sengaja datang ke Kantor Redaksi Radar Sorong untuk mengeluhkan tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan ijasah bagi anaknya yang baru saja lulus dari SMPN 1. Masa mau ambil ijasah saja harus bayar Rp 500.000. Ini kan besar sekali, kasihan seperti saya yang tukang ojek, Rp 500.000 itu besar sekali, keluh bapak itu. Dari informasi yang diperoleh, menurutnya Rp 500.000 yang wajib dibayar oleh para siswa kelas III yang baru lulus itu untuk biaya pembangunan dan legalisir ijasah. Kalau biaya pembangunan kan sebenarnya sudah dibayar saat awal masuk sekolah, kenapa harus bayar lagi. Dana dana BOS (Bantuan Operasi Sekolah) itu pada dikemanakan, kenapa dibebankan kepada orang tua siswa. Ini besar sekali biayanya,keluhnya. Menurutnya, pungutan yang dipatok pihak sekolah sangat membebani orang tua siswa. Bagaimana tidak, menurutnya, saat naik kelas mau masuk sekolah, para siswa juga bayar biaya pendaftaran ulang. Bekerja sebagai tukang ojek, setiap hari ia mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Jika dari hasil pendapatan ojeknya yang tidak menentu, seketika harus merogoh Rp 500.000 tentunya sangat terasa berat. Orang kecil seperti saya ini ya sangat berat-lah harus keluarkan uang Rp 500.000. Karena itu baru lulus bayar ijasah saja segitu, belum lagi nanti masuk sekolah di SMA pasti biayanya juga besar lagi. Karena itu saya minta Dinas Pendidikan perhatikan masalah ini kah,”tuturnya. “Supaya Dinas Pendidikan turun tangan lihat permasalahan ini. Kalau tidak, sekolah bisa pungut sesukanya dari siswa. Tidak tahu saya harus mengadu kemana makanya saya datang ke sini (Redaksi Radar Sorong,Red), sambungnya. Menanggapi keluhan salah satu orang tua siswa kelas 3 SMPN 1 tersebut, Kepala sekolah (Kepsek) SMPN 1 Sorong, Melkisedek Mambiauw,S.Pd,MM.Pd mengatakan, pungutan tersebut bersifat sumbangan dari program pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan oleh pihaknya sejak tahun 2010 lalu. Ditemui di ruang kerjanya kemarin (4/6), Melkisedek membenarkan jika pihaknya memberlakukan pungutan sebesar Rp 500.000 terhadap siswa kelas tiga yang hendak mengambil Ijazah. Itukan sebenarnya tinggal sisa yang harus dibayarkan oleh orang tua dari kelas 1 dulu. Karena sejak tahun 2010 lalu, kami pihak sekolah mencanangkan program pembangunan berkelanjutan yang dimaksudkan untuk merenovasi dan membangun sekolah ini demi peningkatan kualitas sekolah dan lulusan, terang Melkisedek. Dikatakannya, sebenarnya sejak tahun 2010 saat memasuki tahun ajaran baru, pihaknya sudah menjelaskan mengenai perihal tersebut. Sebenarnya ketika masuk ke sekolah ini sejak program ini kami canangkan, kami membebani siswa sebesar Rp 2 jutaan lebih untuk program ini. Namun, karena kami mengira jumlah tersebut terlalu besar, makanya kami bagi menjadi tiga kali pembayaran. Yakni Rp 1,5 juta ketika masuk, kemudian Rp 350 Ribu pada saat naik kelas 2 ke kelas 3 yang biasa kami sebut dengan biaya pendaftaran ulang. Dan sisanya Rp 350 Ribu ketika mau lulus ini, terangnya. Ditanya mengenai jumlah yang harus dibayarkan ortu siswa sebesar Rp 350 Ribu, kemudian menjadi Rp 500 Ribu, Melki menjelaskan bahwa tambahan biaya Rp 150 Ribu adalah untuk kelengkapan keperluan ijazah. ”Yang 150 ribu itu untuk fotokopi ijazah, raport, pembuatan surat kelakuan baik, map dan tetek bengek yang lainya yang berkaitan dengan kelengkapan administrasi siswa itu sendiri, sehingga jika ditambahkan dengan jumlah yang 350 ribu, maka jadi 500 ribu, rinci Kepsek SMPN 1 Sorong ini. Ditambahkannya, hasil beberapa bangunan yang sudah bisa dibangun oleh pihaknya dari perolehan dana pembangunan tersebut sejak tahun 2010 yakni dibangunnya gedung laboratorium. Sekarang kita sudah punya gedung laboratorium Bahasa dan IPA. Itu dari mana? Ya dari uang itu. Sekarang sisa satu saja bangunan tua yang ada. Dan masih banyak lagi yang diperlukan seperti pengadaan alat-alat laboratorium itu sendiri yang tahun ini sudah terprogram untuk kita datangkan dari bandung. Uangnya dari mana? Ya dari uang itu, tandasnya. Mengenai adanya keluhan ortu siswa tersebut, Kepsek SMPN 1 Sorong ini justru menyesalkan jika ortu siswa tidak terlebih dahulu mengeluhkan mengenai biaya tersebut kepada dirinya. Seharusnya kan dibicarakan dulu dengan saya, karena itu (sumbangan 350 ribu,red) tidak bersifat harus. Kalau memang merasa tidak mampu, silahkan menghadap dan bicara dengan kita. Pasti akan ada kebijakan untuk kita bebaskan, imbuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar