FOTO:
ANSHORI/RADAR SORONG
AKAN DIREHAB. Satu lokasi gedung yang sudah tua yang akan segera di
rehab oleh SMPN 1 Sorong untuk di bangun lokasi yang baru dan
bertingkat.
SORONG “ Salah satu orang tua siswa SMPN 1 Selasa pagi kemarin
(4/6) sekitar pukul 07.00 WIT sengaja datang ke Kantor Redaksi Radar
Sorong untuk mengeluhkan tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk
mendapatkan ijasah bagi anaknya yang baru saja lulus dari SMPN 1. Masa mau ambil ijasah saja harus bayar Rp 500.000. Ini kan besar
sekali, kasihan seperti saya yang tukang ojek, Rp 500.000 itu besar
sekali, keluh bapak itu. Dari informasi yang diperoleh, menurutnya Rp
500.000 yang wajib dibayar oleh para siswa kelas III yang baru lulus
itu untuk biaya pembangunan dan legalisir ijasah. Kalau biaya
pembangunan kan sebenarnya sudah dibayar saat awal masuk sekolah, kenapa
harus bayar lagi. Dana dana BOS (Bantuan Operasi Sekolah) itu pada
dikemanakan, kenapa dibebankan kepada orang tua siswa. Ini besar sekali
biayanya,keluhnya.
Menurutnya, pungutan yang dipatok pihak sekolah sangat membebani orang
tua siswa. Bagaimana tidak, menurutnya, saat naik kelas mau masuk
sekolah, para siswa juga bayar biaya pendaftaran ulang. Bekerja
sebagai tukang ojek, setiap hari ia mengumpulkan uang sedikit demi
sedikit untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Jika dari hasil
pendapatan ojeknya yang tidak menentu, seketika harus merogoh Rp 500.000
tentunya sangat terasa berat. Orang kecil seperti saya ini ya sangat
berat-lah harus keluarkan uang Rp 500.000. Karena itu baru lulus
bayar ijasah saja segitu, belum lagi nanti masuk sekolah di SMA pasti
biayanya juga besar lagi. Karena itu saya minta Dinas Pendidikan
perhatikan masalah ini kah,â€tuturnya. “Supaya Dinas Pendidikan
turun tangan lihat permasalahan ini. Kalau tidak, sekolah bisa pungut
sesukanya dari siswa. Tidak tahu saya harus mengadu kemana makanya saya
datang ke sini (Redaksi Radar Sorong,Red), sambungnya.
Menanggapi keluhan salah satu orang tua siswa kelas 3 SMPN 1 tersebut,
Kepala sekolah (Kepsek) SMPN 1 Sorong, Melkisedek Mambiauw,S.Pd,MM.Pd
mengatakan, pungutan tersebut bersifat sumbangan dari program
pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan oleh pihaknya sejak tahun
2010 lalu. Ditemui di ruang kerjanya kemarin (4/6), Melkisedek
membenarkan jika pihaknya memberlakukan pungutan sebesar Rp 500.000
terhadap siswa kelas tiga yang hendak mengambil Ijazah. Itukan
sebenarnya tinggal sisa yang harus dibayarkan oleh orang tua dari kelas 1
dulu. Karena sejak tahun 2010 lalu, kami pihak sekolah mencanangkan
program pembangunan berkelanjutan yang dimaksudkan untuk merenovasi dan
membangun sekolah ini demi peningkatan kualitas sekolah dan lulusan,
terang Melkisedek.
Dikatakannya, sebenarnya sejak tahun 2010 saat memasuki tahun ajaran
baru, pihaknya sudah menjelaskan mengenai perihal tersebut. Sebenarnya ketika masuk ke sekolah ini sejak program ini kami
canangkan, kami membebani siswa sebesar Rp 2 jutaan lebih untuk program
ini. Namun, karena kami mengira jumlah tersebut terlalu besar, makanya
kami bagi menjadi tiga kali pembayaran. Yakni Rp 1,5 juta ketika masuk,
kemudian Rp 350 Ribu pada saat naik kelas 2 ke kelas 3 yang biasa kami
sebut dengan biaya pendaftaran ulang. Dan sisanya Rp 350 Ribu ketika mau
lulus ini, terangnya.
Ditanya mengenai jumlah yang harus dibayarkan ortu siswa sebesar Rp 350
Ribu, kemudian menjadi Rp 500 Ribu, Melki menjelaskan bahwa tambahan
biaya Rp 150 Ribu adalah untuk kelengkapan keperluan ijazah. â€Yang 150
ribu itu untuk fotokopi ijazah, raport, pembuatan surat kelakuan baik,
map dan tetek bengek yang lainya yang berkaitan dengan kelengkapan
administrasi siswa itu sendiri, sehingga jika ditambahkan dengan jumlah
yang 350 ribu, maka jadi 500 ribu, rinci Kepsek SMPN 1 Sorong ini.
Ditambahkannya, hasil beberapa bangunan yang sudah bisa dibangun oleh
pihaknya dari perolehan dana pembangunan tersebut sejak tahun 2010 yakni
dibangunnya gedung laboratorium. Sekarang kita sudah punya gedung
laboratorium Bahasa dan IPA. Itu dari mana? Ya dari uang itu. Sekarang
sisa satu saja bangunan tua yang ada. Dan masih banyak lagi yang
diperlukan seperti pengadaan alat-alat laboratorium itu sendiri yang
tahun ini sudah terprogram untuk kita datangkan dari bandung. Uangnya
dari mana? Ya dari uang itu, tandasnya.
Mengenai adanya keluhan ortu siswa tersebut, Kepsek SMPN 1 Sorong ini
justru menyesalkan jika ortu siswa tidak terlebih dahulu mengeluhkan
mengenai biaya tersebut kepada dirinya. Seharusnya kan dibicarakan
dulu dengan saya, karena itu (sumbangan 350 ribu,red) tidak bersifat
harus. Kalau memang merasa tidak mampu, silahkan menghadap dan bicara
dengan kita. Pasti akan ada kebijakan untuk kita bebaskan, imbuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar